Senin, 10 Juli 2017

Nyolo Sehari


Stasiun Balapan..
Mendengar kata ini aku langsung teringat dengan lagu dangdut yang dibawakan Soimah..
Tp untung tidak sambil joget..
Yup, Solo..
Solo seperti kota kecil, tenang, dan tentrem. Masih berjudul keraton, Solo bisa dibilang rasa Jogya asli alias jaman dahulu. Solo tidak punya banyak destinasi tapi bukan berarti tidak menarik untuk dijelajahi.
 
Dari Jogya ke Solo kita bisa naik kereta api Pramex (bukan obat sakit kepala seperti bayanganku di awal tapi Prambanan Expres), ongkosnya hanya Rp. 8.000 - dengan lama perjalanan kurang lebih 2 jam. Tiba di Stasiun Solo akan banyak taksi dan tukang becak yang menawarkan jasa angkutan. Tepat di depan stasiun Solo ada halte Bus Trans  Batik Solo yang melewati berbagai rute khusus kota Solo. 
 
Dari stasiun kita menuju Pasar Klewer menggunakan ojek online, selain lebih cepat juga lebih murah. Pasar Klewer terdiri dari 3-4 lantai namun tidak semuanya terisi. Sebagian besar pedagang berjualan batik mulai dari souvenir dari batik, pakaian batik sampai kain bahan batik yang dijual permeter. Pasar Klewer pernah mengalami kebakaran besar beberapa tahun silam. Tak ayal koleksi batik di Pasar Klewer mungkin tidak sebanyak sebelumnya. Harga Batik/Kain di Pasar Klewer diklaim lebih murah dari harga di pasar lainnya termasuk Jogya.Aku sendiri membeli ransel batik seharga Rp. 50.000 dan sepasang pakaian batik Rp 30.000-. 

Museum dan Keraton Solo
Tidak jauh dari Pasar Klewer kita bisa berjalan kaki sekitar 10 menit menuju Museum Surakarta dan Keraton Surakarta/Solo. Harga tiketnya Rp. 10.000. Museum Solo terbagi menjadi beberapa ruangan penyimpanan. Barang2 nya pun cukup banyak dan disimpan dalam lemari2 besar namun kacanya cenderung kusam. Barang - barang di museum ini terlihat antik dan memiliki nilai sejarah masa kesultanan yang tinggi namun sayangnya keterangan yang terdapat di masing - masing barang sangat minim. Kesan tua sangat terasa ketika memasuki museum ini, mungkin dikarenakan arsitektur dan pencahayaannya. Bila dikelola dengan baik, aku yakin museum Solo akan banyak sekali peminatnya.

Sebelum pintu keluar museum kita diarahkan ke pintu masuk keraton. Memasuki pelataran keraton kita akan melihat beberapa pengunjung yang melepas sepatu/alas kaki. Pasir di lingkungan keraton berasal dari gunung merapi yang dipercaya membawa berkah. Tak heran ada peraturan yang melarang pengunjung  untuk mengambil pasir yang ada diwilayah keraton. Pengunjung hanya diperbolehkan memasuki halaman keraton sedangkan untuk balai dan teras keraton sendiri dilarang. Tapi tenang, halaman keraton sangat asri karena banyak ditumbuhi pepohonan besar nan rindang.


Dari Museum dan Keraton kita beranjak ke Pasar Triwindu. Pasar Triwindu terletak di Jalan Pangeran Diponegoro agak jauh dari museum dan keraton. Sepanjang sisi jalan menuju Pasar Triwindu ada bangku taman yang didesain dengan menarik ditambah lampu dan beberapa lukisan/mural. Mungkin suasananya akan bertambah romantis jika di malam hari. Pasar Triwindu menjual berbagai macam barang antik dari segala jenis sampai segala bahan. Kebanyakan bercorak barang antik khas Jawa. Selain unik pasar ini juga romantik, memancing rasa tentang masa lalu. Mungkin kisah tak terdengar tapi barang - barang tersebut seperti bersuara, "aku punya kisah masa lalu". yeah, dan ini bagian yang menurutku "ndalem" selama perjalanan.

Menjelang sore, ketika di Solo jangan lupa mampir di Taman Balekambang, letaknya tak jauh dari stasiun Solo Balapan. Taman Balekambang sangat asri, yang cukup mengganggu  Taman ini membuatku terpana dengan rusanya yang berkeliaran bebas. Jika sebelumnya di kampus USU atau istana bogor kita hanya melihat rusa dari kejauhan dibatasi pagar, tidak dengan disini. Kamu bisa berinteraksi langsung dengan rusanya yang jinak. Hahahha.. Rasanya aku bahagia sekali saat itu..
Love it..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar